Sudah 2 tahun lebih saya di Jakarta, dan sepertinya kemacetan sudah menjadi biasa di sini. Padahal sudah ada busway, KRL dan nanti katanya bakal ada monorel. Tetapi sepertinya usaha itu sia-sia.
Menurut saya kegagalan usaha itu karena keengganan masyarakat beralih ke transportasi massal. Keengganan ini disebabkan beberapa hal, dominannya lebih karena kenyamanan.
Busway memang nyaman terlepas dari antrinya yang cukup panjang, tetapi apakah akses menuju halte-halte busway cukup nyaman. Jarak ke halte-halte busway cukup dekat, hanya saja untuk mencapainya butuh sedikit perjuangan mengingat tidak bagusnya fasilitas pejalan kaki.
Menurut saya mode transportasi massal seharusnya dibangun dengan pondasi berjalan kaki. Caranya dengan membenahi fasiitas-fasilitas berjalan kaki, usir PKL-PKL dari trotoar, tanam pohon-pohon di samping trotoar dan kalau perlu pasang canoppy di trotoar.
Semoga kemacetan segera berakhir di jakarta.
Kamis, 27 September 2007
Mereka yang gila akan hormat
Malam ketika sholat Tarawih di mesjid dekat rumah saya melihat hal yang sedikit mengusik pikiran saya. Ketika itu saya datang lebih awal dari biasanya. Saya melihat seorang jamaah bercelana panjang dan berbaju kaos lusuh duduk sambil membaca buku kecil di barisan terdepan persis di belakang Imam. Jamaah itu terlihat sangat khusuk dalam membaca buku kecil itu.
Ketika azan isya terdengar semua jamaah berdiri termasuk jamaah berbaju lusuh itu. Tiba-tiba seorang jamaah lain mendorong jamaah berbaju lusuh itu ke barisan no 3, sekali lagi mendorong. Saya memang bukan ahli agama, tetapi sungguh tidak adil menilai seseoarang dari fisik dan penampilannya, lagipula tidak ada larangan bagi siapa saja untuk berada di barisan terdepan itu bukan ?
Semoga anak-anak revolusi tidak berbuat demikian.
Ketika azan isya terdengar semua jamaah berdiri termasuk jamaah berbaju lusuh itu. Tiba-tiba seorang jamaah lain mendorong jamaah berbaju lusuh itu ke barisan no 3, sekali lagi mendorong. Saya memang bukan ahli agama, tetapi sungguh tidak adil menilai seseoarang dari fisik dan penampilannya, lagipula tidak ada larangan bagi siapa saja untuk berada di barisan terdepan itu bukan ?
Semoga anak-anak revolusi tidak berbuat demikian.
Mereka berusaha "menyuap" Tuhan
Mereka musuh-musuh revolusi selalu berusaha berbohong dan menipu siapa saja. Mereka berusaha mengelabuhi untuk menutupi kejahatan-kejahatannya , tidak terkecuali Tuhan. Mereka berfikir dengan mendermakan sebagian harta dan kekayaannya yang didapat dari cara mencuri mereka bisa mnedapat pengampunan-Nya. Mereka berusaha sekeras mungkin untuk mencuci dosa-dosanya dengan melakukan sedekah, menafkahi fakir miskin, membiayai kegiatan-kegiatan mesjid, mendirikan yayasan-yayasan sosial dll dengan maksud mendapat simpati masyarakat dan juga mendapat pengampunan-Nya.
Masyarakat bisa jadi dapat dibohongi. Mereka malakukan hal yang sia-sia dalam usaha mengelabuhi Tuhan.
Masyarakat bisa jadi dapat dibohongi. Mereka malakukan hal yang sia-sia dalam usaha mengelabuhi Tuhan.
Rabu, 26 September 2007
Janji surga dan Ancaman neraka efektif kah ?
Banyak pemuka agama dalam mempromosikan ajarannya dengan janji janji teramat muluk dengan hitungan matematis yang terlewat mewah. Hitungan Upah berlipat-lipat yang sulit di terima akal sehat, seperti membaca surat al-ikhlas = 1/3 Al-qur-an atau berbuat amal baik di bulan ramadhan di upah dengan 700 kali upah. Sebaliknya jika berbuat jahat kita di ancam dengan siksa neraka yang teramat menyakitkan.
Apakah kita harus selalu seperti itu. Berbuat baik untuk dapat upah dan tidak berbuat jahat karena takut di siksa. Bukannya fitrah manusia untuk selalu berbuat baik.
Atau apakah promosi dari ulama2 itu yang terlalu berlebihan.
ya allah aku bukan lah orang yang takut akan siksa-Mu dan oleh karenanya menjauhi larangan-MU dan aku juga bukan hamba-Mu yang berharap surga-Mu dan oleh karenanya berbuat amal baik, aku hanya ingin berbuat kebaikan ke semua manuasia dan tidak menyakiti kemanusiaan.
Apakah kita harus selalu seperti itu. Berbuat baik untuk dapat upah dan tidak berbuat jahat karena takut di siksa. Bukannya fitrah manusia untuk selalu berbuat baik.
Atau apakah promosi dari ulama2 itu yang terlalu berlebihan.
ya allah aku bukan lah orang yang takut akan siksa-Mu dan oleh karenanya menjauhi larangan-MU dan aku juga bukan hamba-Mu yang berharap surga-Mu dan oleh karenanya berbuat amal baik, aku hanya ingin berbuat kebaikan ke semua manuasia dan tidak menyakiti kemanusiaan.
Hukum Hukum Revolusi
Apa hukum-hukum Revolusi itu? Hukum-hukum Revolusi itu pada pokoknya adalah :
Pertama, Revolusi mesti punya kawan dan punya lawan, dan kekuatan-kekuatan Revolusi harus tahu siapa lawan dan siapa kawan; maka harus ditarik garis pemisah yang terang dan harus diambil sikap yang tepat terhadap kawan dan terhadap lawan Revolusi;
Kedua, Revolusi yang benar-benar Revolusi bukanlah “revolusi istana” atau “revolusi pemimpin”, melainkan Revolusi Rakyat; oleh sebab itu, maka Revolusi tidak boleh “main atas” saja, tetapi harus dijalankan dari atas dan dari bawah;
Ketiga, Revolusi adalah simfoninya destruksi dan konstruksi, simfoninya penjebolan dan pembangunan, karena destruksi atau penjebolan saja tanpa konstruksi atau pembangunan adalah sama dengan anarki, dan sebaliknya; konstruksi atau pembangunan saja tanpa destruksi atau penjebolan berarti kompromi, reformisme;
Keempat, Revolusi selalu punya tahap-tahapnya; dalam hal Revolusi kita : tahap nasional-demokratis dan tahap Sosialis, tahap yang pertama meretas jalan buat yang kedua, tahap yang pertama harus dirampungkan dulu, tetapi sesudah rampung harus ditingkatkan kepada tahap yang kedua; - inilah dialektik Revolusi;
Kelima, Revolusi harus punya Program yang jelas dan tepat, seperti dalam Manipol kita merumuskan dengan jelas dan tepat : (A) Dasar/Tujuan dan Kewajiban-kewajiban Revolusi Indonesia; (B) Kekuatan-kekuatan Revolusi Indonesia; (C) Sifat Revolusi Indonesia; (D) Hari-depan Revolusi Indonesia dan (E) Musuh-musuh Revolusi Indonesia. Dan seluruh kebijaksanaan Revolusi harus setia kepada Program itu;
Keenam, Revolusi harus punya soko-guru yang tepat dan punya pimpinan yang tepat, yang berpandangan jauh kemuka, yang konsekwen, yang sanggup melaksanakan tugas-tugas Revolusi sampai pada akhirnya, dan Revolusi juga harus punya kader-kadernya yang tepat pengertiannya dan tinggi semangatnya.
BUNG KARNO (TAHUN “VIVERE PERICOLOSO”–17 Agustus 1964)
Pertama, Revolusi mesti punya kawan dan punya lawan, dan kekuatan-kekuatan Revolusi harus tahu siapa lawan dan siapa kawan; maka harus ditarik garis pemisah yang terang dan harus diambil sikap yang tepat terhadap kawan dan terhadap lawan Revolusi;
Kedua, Revolusi yang benar-benar Revolusi bukanlah “revolusi istana” atau “revolusi pemimpin”, melainkan Revolusi Rakyat; oleh sebab itu, maka Revolusi tidak boleh “main atas” saja, tetapi harus dijalankan dari atas dan dari bawah;
Ketiga, Revolusi adalah simfoninya destruksi dan konstruksi, simfoninya penjebolan dan pembangunan, karena destruksi atau penjebolan saja tanpa konstruksi atau pembangunan adalah sama dengan anarki, dan sebaliknya; konstruksi atau pembangunan saja tanpa destruksi atau penjebolan berarti kompromi, reformisme;
Keempat, Revolusi selalu punya tahap-tahapnya; dalam hal Revolusi kita : tahap nasional-demokratis dan tahap Sosialis, tahap yang pertama meretas jalan buat yang kedua, tahap yang pertama harus dirampungkan dulu, tetapi sesudah rampung harus ditingkatkan kepada tahap yang kedua; - inilah dialektik Revolusi;
Kelima, Revolusi harus punya Program yang jelas dan tepat, seperti dalam Manipol kita merumuskan dengan jelas dan tepat : (A) Dasar/Tujuan dan Kewajiban-kewajiban Revolusi Indonesia; (B) Kekuatan-kekuatan Revolusi Indonesia; (C) Sifat Revolusi Indonesia; (D) Hari-depan Revolusi Indonesia dan (E) Musuh-musuh Revolusi Indonesia. Dan seluruh kebijaksanaan Revolusi harus setia kepada Program itu;
Keenam, Revolusi harus punya soko-guru yang tepat dan punya pimpinan yang tepat, yang berpandangan jauh kemuka, yang konsekwen, yang sanggup melaksanakan tugas-tugas Revolusi sampai pada akhirnya, dan Revolusi juga harus punya kader-kadernya yang tepat pengertiannya dan tinggi semangatnya.
BUNG KARNO (TAHUN “VIVERE PERICOLOSO”–17 Agustus 1964)
Ketika Islam tidak Satu
Munculnya kekerasan dalam Islam sangat meyedihkan. Lebih lebih kekerasan itu terjadi terhadap sesama muslim. Kekerasan terhadap ahamadiyah, Islam syiah, Wahidiyah dll kecuali NU dan Muhamadiyah. Mengapa agama menjadi sebab konflik antar manusia ? Seharusnya agama menjadi pengatur hidup rukun antar manuasia. Apa yang salah ? Manusianya, agamanya atau pemimpin agamanya.
Tindakan kekerasan di beberapa wilayah lain di Indonesia alasannya cuma satu. Kelompok yang jadi korban kekerasan dianggap berbeda cara pemahaman agamanya. Sehingga kelompok yang merusak merasa berkewajiban untuk menegurnya dengan cara kekerasan.
Dengan kata lain, mereka yang melakukan kekerasan menganggap diri mereka paling benar dalam menjalankan amal-amalan yang digariskan ajarannya, sehingga mereka merasa pantas melakukan perusakan terhadap umat Islam lainnya, yang dianggap berbeda paham.
Mudah-mudahan kita umat islam bisa bersatu, lebih mengutamakan esensi dari ajaran Islam, bukan mengutamakan kekerasan.
Tindakan kekerasan di beberapa wilayah lain di Indonesia alasannya cuma satu. Kelompok yang jadi korban kekerasan dianggap berbeda cara pemahaman agamanya. Sehingga kelompok yang merusak merasa berkewajiban untuk menegurnya dengan cara kekerasan.
Dengan kata lain, mereka yang melakukan kekerasan menganggap diri mereka paling benar dalam menjalankan amal-amalan yang digariskan ajarannya, sehingga mereka merasa pantas melakukan perusakan terhadap umat Islam lainnya, yang dianggap berbeda paham.
Mudah-mudahan kita umat islam bisa bersatu, lebih mengutamakan esensi dari ajaran Islam, bukan mengutamakan kekerasan.
Langganan:
Postingan (Atom)